22 Maret 2010

Tan Nunggal di Singkirkan

Bagaimanapun merajalelanya kezaliman yang ada dilakukan oleh manusia pasti mempunyai keterbatasan. Kekuasaan yang tidak manusiawi pasti akan berakhir dan hancur dengan cara yang paling menggenaskan. Lengkap sudah penderitaan rakyat yang dialami selama pemerintahan Tan Nunggal. Secara rahasia mereka berhubungan dengan Artaqhan yaitu putera mahkota yang disingkirkan oleh Tan Nunggal .Mereka bermeteng digua Piantus mencari kesempatan terbaik untuk melenyapkan / menyingkirkan Tan Nunggal .
Dengan diam-diam para menteri memperhatikan gerak-geriknya serta mencari titik kelemahan yang dia miliki. Perlu juga para pembaca ketahui disini bahwa pada jaman dahulu di Sambas kalau orang itu sudah diberi dengan gelar Tan bahwa orang tersebut tahan terhadap senjata tajam alias kabbal dan mahir dalam menggunakan segala jenis senjata tajam seperti pedang, kelewang, tombak, trisula, panah, dan perkelahian tangan kosong ........ Akhirnya Tuhan menunjukan jalan kepada mereka yaitu titik lemah yang ada pada Tan Nunggal . Ketika itu ia mengidap penyakit Gane / untut yaitu sejenis penyakit yang bengkak pada kaki dan tidak dapat berjalan . Nah ketika itulah kesempatan terbaik yang dimamfaatkan para menterinya untuk menyingkirkan nya dari singgasana .


Para menteri berpendapat bahwa nasib buruk rakyat harus segera diakhiri dari cengkraman kekejaman Tan Nunggal. Tan Nunggal harus disingkirkan / dibunuh .Bak kata pepatah “Bulat Air Karena Pembuluh, Bulat Kata Karena Sepakat “ Artaqhan pun mendapat dukungan dari seluruh Menteri untuk menyingkirkan Tan Nunggal . Maka diutus empat menteri untuk menemui Tan Nunggal yang sedang berbaring tak berdaya .Adapun empat menteri yang diutus itu adalah pertama datok Galah disebabkan karena badannya yang tinggi macam nak galah langkahnye yang panjang kalau beca-cak / lari . Kedua datok Angap disebabkan walaupun Ndaan keraje tetap angap-angap macam orang abis lari dikatjarkan hantu .Ketiga datok Kappak disebabkan macam orang yang selalu kepayahan atau kekappak-an macam nak habis parang . Keempat datok Gobar karena pembawaan dan tingkah lakunya yang selalu menakut-nakuti orang lain . Dengan pembawaan nye masing-masing keempat menteri tersebut menghadap Tan Nunggal . Disampaikan berita bahwa negeri diserang oleh musuh, pertempuran sedang berkecamuk. banyak rakyat yang terkorban dan mengalami kekalahan total . Demikianlah laporan keempat menteri tersebut yang mana hanya merupakan siasat belaka .

Tan Nunggal mendengar berita tersebut dan melihat keadaan menterinya menjadi bingung dan dengan segera diperintahkan supaya dirinya dibawa jauh-jauh dari Istana . Keempat menteri tersebut tidak menyia-nyiakan peluang yang berharga ini . Mereka telah menyiapkan sebuah perahu dan keranda ( peti persegi panjang ) dari kayu belian yang mana Tan Nunggal dimasukan kedalamnya dan ditutup rapat agar tidak terlihat oleh musuh ( siasat dari empat menteri tersebut ). Didalam perahu ditempatkan pula beberapa tempurung kelapa yang ditelungkupkan dan diberi air agar berbunyi nyaring ketika perahu berjalan nanti . Demikianlah nasib Tan Nunggal sekarang berada ditangan para menterinya sendiri .

Perahu dikayuh dengan cepat menuju kehilir sungai, sekali-kali terdengar bunyi tempurung kelapa yang mereka telungkupkan itu. Tan Nunggal selalu bertanya :Suara apa itu wahai para menteri ? Itulah suara meriam musuh yang sedang menghampiri Istana Tuanku ; jawab dari datok Gobar . Tan Nunggal pun memerintahakan agar mendayung lebih cepat lagi dan kalau sudah sampai ketempat tujuan supaya dirinya ditinggalkan saja .Sampai disebuah sungai kecil yaitu kuale sabung keranda Tan Nunggal pun diturunkan dengan kayu penahan kiri dan kanan agar supaya keranda tidak goyang. Keranda tersebut hanyut menuju kelaut dan dalam perjalanannya keranda tersebut menabrak sebuah tebing yang rusak total .Sampai sekarang tebing yang dilanggar oleh keranda Tan Nunggal itu dinamakan dengan Tebing Rubboh . Demikianlah akhir dari hidup Tan Nunggal mati lemas didalam peti pada tahun 1345 . Read More..

Datok Sangge Parang ( serial dari Tan Nunggal )

Konon yang empunya cerita ,menceritakan bahwa Tan Nunggal setelah menguburkan anaknya hidup-hidup itu menimbulkan rasa penyesalan yang sangat mendalam .Ia banyak banyak bermurung diri dan selalu uring-uringan .Sukke nak ngangat, cepat marah , seolah darahnya mendidih dan tidak bisa menahan diri .Kemarahannya seolah-olah mengeluarkan api siapa saja yang berada didekatnya pasti kannak sambur walaupun bininye sorang .ndak peduli siang, malam, subuh, dinihari, pokoknye waktu adalah untuk marah .

Pada suatu ketika istrinya mulai ngidam agek yaitu anaknye yang ketiga setelah Bujang Nadi , Dare Nandung ingin makan rujak dari buah asam bacang .Lalu diirislah asam iye kacik-kacik, seperti irisan untuk kerabu , pakai cabek peranggi , garam dan gule secukupnye diberi santan sedikit lalu diaduk sampai rate ( istilah kamek digaulkan ) .Pembace boleh juak incobenye bagaimane rase rujak yang dibuat bini Tan Nunggal tinggal carek jak bahannye. Sebelum selesai mengiris asam bacang tersebut Tan Nunggal pun memanggilnya sambil marah-marah suaranya menggelegar macam nak lentar ( petir ) . Dengan tergopoh-gopoh istrinya memotong asam bacang tadi , sehingga terpotong ujung jari kirinya dan darahpun mengucur dengan derasnya . Saking banyaknya darah yang mengalir ada yang masuk mengenai kerabu asam bacang tersebut .Tan Nunggal pergi menyusul kedapur karena isterinya belum muncul. Sambil marah ia mendekati isterinya yang sedang membuat rujak lalu iapun tertarik untuk mencicipinya dan menimbulkan selera makannya yang sekian lama hilang setelah menguburkan anaknya hidup-hidup . Dan iapun makan rujak dengan lahapnya sambil berteriak-teriak “nyaman-nyaman” kemudian tertawa terbahak – bahak .Ia bertanya siapa yang membuatnya marahnyapun hilang dan sorenya ia minta dibuatkan lagi agar marahnya hilang . Semalam –malaman marahnya tak kunjung hilang karena yang mebuat rujak tidak pakai darah manusia karena dibuat oleh dayang-dayang istana saja . Besok harinya isterinya membuat rujak lagi ,tentu dengan darah bekas luka yang kemarin dan Tan Nunggal merasakan kenikmatan yang kemarin dirasakannya .Isterinya merasa sedih karena Tan Nunggal sudah mulai makan darah manusia dasar hantu laut sumpah isterinya .

Berkali-kali Tan Nunggal minta dibuatkan rujak tersebut ,setiap kali membuat rujak tentu darahnyapun diperas sehingga ia menjadi kurus kering sedangkan ianya juga sudah pengaddangan ( hamil tua ) ,pikirannya dipenuhi oleh bayangan-bayangan yang akan terjadi nanti yaitu bencana yang lebih besar. Tan Nunggal sudah mulai menghisap darah diketahui dari giginya yang tunggal itu mulai tumbuh menjadi semakin panjang yaitu bagian taringnya Matanya mulai memerah seperti buah Sage ( yaitu sejenis buah hutan yang warnanya merah )
Hal ini telah diketahui oleh penjaga istana serta dayang-dayang pengasuh .Habis darah isterinya lalu beralih kepada dayang-dayng. Satu persatu dayangnya mati kehabisan darah. Menteri serta pengawal berkeluh kesah.






Hal ini masih dirahasiakan karena permaisuri masih mengandung ,pernah disarankan oleh isterinya agar ia berhenti menghirup darah tetapi Tan Nunggal berdalih bahwa hal tersebut ia lakukan agar tidak marah-marah .Isterinya menjadi sangat sedih ,ini adalah raja yang sangat kejam mengubur anaknya hidup-hidup dan kini mengisap darah manusia lagi. Dengan kesedihan itu genaplah permaisuri mengandung sembilan bulan sepuluh hari maka lahirlah seorang bayi dengan selamat dan ibunya meninggal setelah ia dilahirkan .

Anak itu diasuh oleh dayang istana dan diberi nama dengan “Sangge Parang “ia tumbuh dengan cepat melebihi anak-anak seusianya ,badannya tegap dan kekar . Sampai pada usia akil –baligh ia minta disunat dan keinginannya pun dikabulkan .Beberapa bilal (menteri sunat zaman dolok) didatangkan untuk mengkhitan anak tersebut , namun tiada seorangpun bilal yang mampu untuk memotong kullup (ujung kulit dari buah zakar ) anak itu. Ternyata anak itu tidak mempan oleh pisau yang amat tajam sekalipun .Akhirnya ada yang menggunakan parang, kelewang, bahkan kapak yang ujung kullupnya diletakan diatas bandol belian .
Bandol = adalah alas dari kayu ,biasanya digunakan untuk memotong daging sapi /benda keras
Belian = adalah kayu besi / ulin .
Namun demikian ,semuanya itu gagal dilakukan ternyata anaknya kabbal ( tidak luka terhadap senjata tajam apapun ).Sampai dengan dewasa ia tidak dapat untuk disunat maka orang-orangpun memanggilnya dengan datok Kullup .Kalau ia mendengar panggilan itu ia menjadi marah sebab itu ia tidak mahu keluar rumah karena malu kepada orang-orang .Dengan demikian ia dibuatkan sebuah taman yang indah dekat Istana. Setiap pagi ia bermain disana sambil menikmati kesegaran udaranya dan mendengarkan bunyi burung –burung yang berkicau. Diantara burung yang berkicau itu ada yang namanya burung kallak (sejenis cicak rowo) yang bunyinya menyerupai perkataan “kullub-kullub “ yang seolah-olah mengejek nya Tanpa pikir panjang lagi ia berusaha menangkap burung tersaebut dan memburunya sampai dibukit Piantus . Konon kabarnya jalan yang dilalui oleh datok Sangge Parang ketika mengejar burung tersebut menjadi sungai yang mengalir didekat bukit Piantus di Kecamatan Sejangkung. Datok Sangge Parang memiliki postur tubuh yang kekar dan tegap melebihi ayahnya Tan Nunggal giginya lengkap sebagaimana orang kebanyakan ,tingginya kuarang lebih dua setengah haste ( bahase kin nittok adalah meter )

Setelah sampai dibukit piantus, ia enggan untuk kembali ke Istana, dia lebih menyenangi tinggal dibukit Piantus di kecamatan Sejangkung sekarang .Tempat datok Sangge Parang terjatuh yaitu bekas lutut dan kakinya sampai sekarang masih dapat anda saksikan disana Tempat ini biasanya ramai dikunjugi oleh muda-mudi dari daerah sekitarnya terutama pada hari raya ataupun pada waktu liburan sekolah .Datok Sangge Parang tinggal dan wafat disini dan makamnya dapat anda saksikan disana didaerah sejangkung .


Read More..

Menghukum Anak sorang ( serial Tan Nunggal )

Dari sekian banyak isteri Tan Nunggal seorang yang panjang jodohnya yaitu perempuan yang berasal dari daerah sebedang yang memberinya sepasang anak .Yang tertua adalah Bujang Nadi dan perempuan bernama Dare Nandung .Tetapi kedua anak tersebut dikuburnya hidup-hidup dibukit Sebedang (tempatnya sekarang masih dapat anda kunjungi untuk wisata).
Sebab bagi Tan Nunggal ,ia tidak ingin melihat perbuatan yang kurang baik ataupun janggal didalam kerajaannya ,walaupun yang berbuat itu adalah anaknya sendiri.Dah payah di waktu ittok incarek yang macam iye ...... in nyan ndak oi !!! .... Lanjutkan agek .

Memang kedua kakak beradik itu dianugrahi paras yang indah menawan sehingga masing – masing telah menyatakan bahwa sikakak tidak akan kawin apabila orangnya tidak seperti adiknya demikian pula siadek tidak akan bersuami kalau suaminya tidak seperti kakaknya.Pernyataan isi hati mereka ini rupanya didengar Hulubalang raja sehingga dilaporkan kepada ayahnya Tan nunggal . Betapa berangnya Tan nunggal gemas hatinya mendegar berita itu disangka anaknya telah berbuat kurang baik .Waktu itu juga diperintahkan agar kedua anaknya ditangkap dan segera menghadap.

Walaupun bujukan serta ratap tangis dan permohonan yang menghiba dari kedua anaknya bahwa mereka tidak pernah melakukan perbuatan keji yang dituduhkan kepada mereka .Tan Nunggal tetap pada pendiriannya keputusannya bahwa anaknya telah berdosa dan mendurhaka mereka harus dihukum .Hukuman itu adalah agar mereka ditanam hidup – hidup dalam satu lobang . Kemudian diperintahkannya kepada prajurit dan orang – orang supaya menggali lobang ditempat yang agak tinggi agar anaknya nanti jangan terendam oleh air .Maka digalilah lobang yang agak dalam disebuah bukit yang bernama sebedang .Disanalah kedua kakak beradik itu ditanam hidup – hidup ,diberi barang makanan , alat memasak dan alat-alat tenun yang terbuat dari emas serta seekor ayam jago peliharaan Bujang Nadi .Yang menurut empunya cerita sampai dengan 40 hari masih terdengar suara dari kokok ayam tersebut.

Demikianlah perbuatan Tan Nunggal menghukum anaknya sendiri ,sehingga ia semakin ditakuti oleh sekalian rakyatnya .Sampai sekarang bukit tersebut dinamakan dengan bukit Bujang Nadi Dare Nandung,berdekatan dengan gunung Sebedang.

Pernah terjadi dizaman Belanda dan Jepang dicoba untuk menggali tempat dimana kedua anak tersebut ditanam hidup-hidup guna mengambil alat tenun yang terbuat dari emas tetapi baru sekali dua mencangkul tanah, tanah yang digali itu tertutup kembali seakan – akan tidak membenarkan kepada manusia untuk mengambilnya .Dan kadang – kadang orang disekitar tempat tersebut masih mendengar bunyi kokok ayam jantan bertalu-talu atau bunyi geratongan alat tenun pada malam hari dari tempat Bujang Nadi dan Dare Nandong ditanam, masih hidupkah mereka ? wallah hu alam bissawwab .Benarkah ayam yang berkokok itu kepunyaan Bujang Nadi yang dibawanya ketika akan ditanam dan gemeratongan alat tenun itu kepunyaan Dare Nandung......????
Anda ingin ziarah kesana ............. why not ?




Read More..
Dari sekian banyak isteri Tan Nunggal seorang yang panjang jodohnya yaitu perempuan yang berasal dari daerah sebedang yang memberinya sepasang anak .Yang tertua adalah Bujang Nadi dan perempuan bernama Dare Nandung .Tetapi kedua anak tersebut dikuburnya hidup-hidup dibukit Sebedang (tempatnya sekarang masih dapat anda kunjungi untuk wisata).
Sebab bagi Tan Nunggal ,ia tidak ingin melihat perbuatan yang kurang baik ataupun janggal didalam kerajaannya ,walaupun yang berbuat itu adalah anaknya sendiri.Dah payah di waktu ittok incarek yang macam iye ...... in nyan ndak oi !!! .... Lanjutkan agek .

Memang kedua kakak beradik itu dianugrahi paras yang indah menawan sehingga masing – masing telah menyatakan bahwa sikakak tidak akan kawin apabila orangnya tidak seperti adiknya demikian pula siadek tidak akan bersuami kalau suaminya tidak seperti kakaknya.Pernyataan isi hati mereka ini rupanya didengar Hulubalang raja sehingga dilaporkan kepada ayahnya Tan nunggal . Betapa berangnya Tan nunggal gemas hatinya mendegar berita itu disangka anaknya telah berbuat kurang baik .Waktu itu juga diperintahkan agar kedua anaknya ditangkap dan segera menghadap.

Walaupun bujukan serta ratap tangis dan permohonan yang menghiba dari kedua anaknya bahwa mereka tidak pernah melakukan perbuatan keji yang dituduhkan kepada mereka .Tan Nunggal tetap pada pendiriannya keputusannya bahwa anaknya telah berdosa dan mendurhaka mereka harus dihukum .Hukuman itu adalah agar mereka ditanam hidup – hidup dalam satu lobang . Kemudian diperintahkannya kepada prajurit dan orang – orang supaya menggali lobang ditempat yang agak tinggi agar anaknya nanti jangan terendam oleh air .Maka digalilah lobang yang agak dalam disebuah bukit yang bernama sebedang .Disanalah kedua kakak beradik itu ditanam hidup – hidup ,diberi barang makanan , alat memasak dan alat-alat tenun yang terbuat dari emas serta seekor ayam jago peliharaan Bujang Nadi .Yang menurut empunya cerita sampai dengan 40 hari masih terdengar suara dari kokok ayam tersebut.

Demikianlah perbuatan Tan Nunggal menghukum anaknya sendiri ,sehingga ia semakin ditakuti oleh sekalian rakyatnya .Sampai sekarang bukit tersebut dinamakan dengan bukit Bujang Nadi Dare Nandung,berdekatan dengan gunung Sebedang.

Pernah terjadi dizaman Belanda dan Jepang dicoba untuk menggali tempat dimana kedua anak tersebut ditanam hidup-hidup guna mengambil alat tenun yang terbuat dari emas tetapi baru sekali dua mencangkul tanah, tanah yang digali itu tertutup kembali seakan – akan tidak membenarkan kepada manusia untuk mengambilnya .Dan kadang – kadang orang disekitar tempat tersebut masih mendengar bunyi kokok ayam jantan bertalu-talu atau bunyi geratongan alat tenun pada malam hari dari tempat Bujang Nadi dan Dare Nandong ditanam, masih hidupkah mereka ? wallah hu alam bissawwab .Benarkah ayam yang berkokok itu kepunyaan Bujang Nadi yang dibawanya ketika akan ditanam dan gemeratongan alat tenun itu kepunyaan Dare Nandung......????
Anda ingin ziarah kesana ............. why not ?




Read More..

Tan Nunggal Menjadi Raja

Alkisah ini dimulai sekitar tahun 1342 ,ketika Raja Sambas meninggal dunia (wafat) . Tentang siapa yang menggantikan sudah ditentukan yaitu sesuai dengan adat istiadat didaerah Sambas adalah Putra Mahkota ARTAQHAN .
Kemudian Tan Nunggal yang merasa dirinya lebih kuat ,lebih terigas, merasa direknyelah yang lebih berhak menjadi raje karena selamak iye dielah yang disuruh kemane-mane oleh Raje yang mangkat (almarhum) . Pada waktu itu rakyat tidak peduli dengan keadaan yang berlaku didalam Istana .Banyak rakyat
berpikir eh cak same juak ye be ,ngape juak kamek nak nyamporrek eng cak maseh nak beranak kittak .Kamek bagian apenye demikianlah pendapat kebanyakan rakyat sambas pade waktu iye .

Tan Nunggal yang melihat ada peluang kesempatan untuk merebut Tahta kerajaan berusaha keras menjadi pak tonjol atau selalu menonjolkan dirinya dimanapun ia berada dengan kate lain selalu mencarek muke dimasarakat
Mun kin nittok istilahnye adalah Tan Nunggal berkampanye keseluruh pelosok negri dengan istilah Politik Carmuk (carek mukke) atau Politik memberi Upeti kepada petinggi negri .Istilah sekarang adalah Money Politic . Ade juak oi money politik jaman gek dolok , mun nak tahu !
.Bagi rakyat yang merasa tidak setuju mereka diintimidasi dan ditindas .Pokoknye payah dah nak ngomong pada waktu iye.Orang yang tahu masalah tersebut pun paling hanye ngomong di kau ee maok ngelon neknnye ,lekan dah be cak die same die ye be .
Alhasil Tan Nunggal mengangkat dirinya sendiri menjadi Raja Sambas dengan mengadakan pesta perayaan selama 40 hari 40 malam .

Putera mahkota Artaqhan mengalah kepada Tan Nunggal ,khawatir kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi didalam kerajaan jika keinginan Tan nunggal dihalangi. Namun demikian Artaqhan menyusun strategi dengan persetujuan para Hulubalang dan pengawal yang masih setia . Beliau mengungsi dibukit Piantus daerah Sejangkung disana ada sebuah gua .Digua tersebut putera mahkota Artaqhan bermusawarah dengan pengikutnya dan sambil menunggu kesempatan untuk mengambil alih tahta kerajaan .

Tan Nunggal menjadi Raja pemerintahannya dijalan dengan kekerasan Banyak perempuan yang dijadikan istrinya tetapi selalu meninggal tanpa meninggalkan anak dan banyak pula orang tua yang menyembunyikan anak gadisnya karena takut dijadikan isteri oleh Tan Nunggal .Isteri terahir Tan Nunggal yang memberikannya anak adalah yang berasal dari daerah sebedang Tan Nunggal mendapat sepasang anak dari perempuan tersebut yang diberi nama dengan Bujang Nadi yang laki-laki dan Dare Nandung yang perempuan .Dalam masa pemerintahan Tan Nunggal rakyat kebanyakan merasa resah oleh tingkah lakunya yang aneh-aneh .Misalnya jika dia ingin menjala ikan tempatnya berpijak adalah kepala manusia yang berendam diair tidak boleh bergerak meskipun dinginnya sampai ketulang sumsum.Bilamana akan menurunkan / ngulur perahu yang menjadi pendorongnya adalah perempuan yang lagi hamil tua .Kalau ada yang berzinah keduanya disuruh menumbuk padi sampai menjadi beras dengan tidak berpakaian dan dipertontonkan kepada orang banyak .Kalau kedapatan minum minuman keras atau mabuk-mabukan maka orang tersebut direndam didalam tong yang berisi arak kemudian dipanaskan sampai mati .
Demikianlahlah sekilas tentang pemerintahan yang ada pada zaman Tan Nunggal dan kita jangan mengikuti jejak : “ Buruk Rupa Cermin di Belah “ .


Read More..